Rabu, 15 Desember 2010

Dokter UI Deteksi Keganasan Otak Lewat Rasio Metabolisme

Your browser does not support iframes.



(Foto: thinkstock)Jakarta, Salah satu bentuk keganasan otak yang paling sering ditemukan adalah astrositoma. Karenanya penentuan derajat astrositoma adalah hal yang penting untuk menentukan pengobatan yang tepat seperti dilakukan dokter dari UI.

Astrositoma merupakan keganasan otak tersering kedua setelah meningioma. Selama periode tahun 2003-2010, Departemen Bedah RSCM mendapatkan 60 kasus astrositoma dengan 30 kasus merupakan astrositoma derajat rendah (ADR) dan 19 kasus astrositoma derajat tinggi (ADT), sedangkan sisanya merupakan tipe campuran.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) membagi diagnosis derajat astrositoma menjadi 4 bagian, yaitu:

  1. Derajat I: Juvenila Pilocytic Astrocytoma (JPA)
  2. Derajat II: Low-grade Astrocytoma
  3. Derajat III: Analplastic Astrocytoma
  4. Derajat IV: Glioblastoma Multiforme (GBM)

Astrositoma derajat I dan II disebut sebagai astrositoma derajat rendah, dan astrositoma derajat III dan IV disebut sebagai astrositoma derajat tinggi.

"Secara garis besar tatalaksana astrositoma merupakan kombinasi dari terapi bedah, radiasi dan kemoterapi," ujar dr Jacub Pandelaki, SpRad(K) dalam acara Promosi Doktor FKUI atas nama dr Jacub Pandelaki, SpRad(K) di ruang sena pratista FKUI, Jakarta, Rabu (15/12/2010).

Dengan menentukan rasio dari metabolit zat kimia di otak pada pasien astrositoma akan menjadi bagian penting dalam diagnosis prabedah, praradiasi atau prakemoterapi. Sehingga derajat keganasan bisa diketahui dan dapat menentukan pilihan pengobatan yang paling efektif. Pemeriksaan noninvasif ini menggunakan magnetic resonance spectroscopy (MRS).

Metabolit (hasil metabolisme) yang ditemukan pada otak normal adalah NAA (Na-asetil aspartat), Cho (kolin), Cr (kreatin), mI ( Mio-inositol) dan Glx (Glutamin-glutamat). Sedangkan jika terjadi kelainan di otak akan muncul metabolit kimia lain yaitu Lip (lipd), Lac (laktat) dan Ala (alanin).

Diketahui bahwa peningkatan Cho berkaitan dengan adanya tumor, penurunan NAA dan Cr berhubungan dengan adanya kerusakan neuron (saraf) dan peningkatan metabolisme sel, peningkatan mI berkaitan dengan penurunan derajat keganasan dan peningkatan lipid serta laktat berhubungan dengan peningkatan derajat keganasan.

Dengan menggunakan rumus tertentu, nantinya didapatkan rasio metabolit kimia di otak untuk menentukan derajat astrositoma.

Studi ini dilakukan dari Maret 2004-April 2008 di RSCM dan RS Pantai Indah Kapuk, dengan 84,21 persen adalah pasien laki-laki dan 15,79 persen adalah pasien perempuan. Selain itu kelompok usia yang paling banyak menderita astrositoma adalah 40-49 tahun yaitu sebanyak 31,58 persen.

Dengan mengetahui derajat astrositoma yang diderita oleh pasien, dapat ditentukan pengobatan yang tepat sehingga bisa memberikan hasil yang memuaskan.

(ver/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar