Jumat, 25 Februari 2011

Menkes: Bantu Orang Cacat Tak Cukup dengan Santunan

Your browser does not support iframes.



foto: ThinkstockJakarta, Kebutuhan penyandang cacat tidak terbatas pada dukungan sosial dan ekonomi. Dukungan berupa alat batu gerak juga perlu, karena hal itulah yang dapat membuatnya lebih mandiri dan bisa beraktivitas semirip mungkin dengan orang sehat.

Hal itu disampaikan oleh Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih usai membuka Internasional Conference on Prosthetics and Orthotics di Hotel Millenium, Jl Kebon Sirih Jakarta Pusat, Jumat (25/2/2011).

"Selama ini dukungan bagi penyandang cacat lebih banyak diberikan dari aspek sosial, misalnya melalui santunan. Padahal jika diberi alat bantu gerak seperti kaki palsu atau tangan palsu, mereka bisa lebih mandiri karena alat itu bisa mendukung aktivitasnya," jelas Menkes.

Namun untuk menuju ke sana, hambatan yang ada di lapangan masih cukup banyak. Menkes mengakui, sumber daya manusia di Indonesia yang terampil dalam membuat prostesis (pengganti anggota tubuh) dan ortosis (alat penyangga tubuh) masih terbatas.

Saat ini hanya ada 2 institusi pendidikan yang menghasilkan tenaga terampil di bidang prostesis dan ortosis, yakni Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kementerian Kesehatan Surakarta yang didirikan tahun 2003 dan Poltekkes Jakarta I yang baru berdiri sejak 2009.

Poltekkes Jakarta I baru akan meluluskan 16 tenaga kesehatan di bidang prostesis dan ortosis untuk pertama kalinya pada 2012, sementara Poltekkes Surakarta juga baru meluluskan 214 orang tenaga kesehatan. Jumlah ini belum sebanding dengan 350 dokter spesialis rehabilitasi medik yang akan menjadi mitra kerjanya.

Apalagi jika dibandingkan dengan jumlah penderita cacat, jumlah ini tentu jauh dari cukup. Survey Sosial Ekonomi nasional (Susenas) tahun 2004 mencatat, jumlah penderita tuna daksa atau cacat fisik di Indonesia mencapai 1.652.741 jiwa dan diperkirakan jumlahnya telah meningkat.

"Bengkel-bengkel yang bisa membuat dan memperbaiki prostesis-ortosis sudah ada di beberapa tempat di Indonesia, tapi belum ada yang memproduksi secara massal dalam skala Industri," tambah Menkes.

(up/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar