Selasa, 19 April 2011

Pengobatan Dokter Indonesia Harus Didasarkan Bukti Ilmiah

Your browser does not support iframes.



foto: ThinkstockJakarta, Sebagai profesi yang memiliki otonomi, dokter bebas menentukan sendiri jenis terapi maupun obat yang akan diberikan pada pasien. Meski begitu, setiap pilihan harus didasarkan pada bukti ilmiah sesuai konsep evidence based medicine.

Untuk menyeragamkan pengetahuan para dokter tentang perkembangan ilmu pengetahuan di bidang medis, seluruh fakultas kedokteran dan rumah sakit se-Indonesia membentuk sebuah jaringan riset ilmiah. Jaringan ini dinamakan Indonesian Clinical Epidemology and Evidence Based Medicine (ICE-EBM) Network.

"Muaranya nanti adalah setiap dokter mengetahui manajemen diagnosis yang benar," ungkap Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), Dr Trihono, MSc dalam peresmian yang dilakukan di Gedung Kementerian Kesehatan, Selasa (19/4/2011).

Manajemen diagnosis yang benar yang dimaksud Trihono adalah berdasarkan bukti ilmiah paling mutakhir, bukan keputusan subyektif masing-masing dokter. Otonomi yang dimiliki oleh setiap dokter memungkinkan adanya perbedaan manajemen diagnosis dan terapi antara dokter yang satu dengan yang lain.

Trihono mengakui, perbedaan standar pengobatan sangat mungkin terjadi mengingat kualitas dokter di Indonesia sangat beragam. Dari sekian banyak rumah sakit dan fakultas kedokteran di Indonesia, tidak semuanya memiliki akses yang baik untuk memutakhirkan pengetahuan para dokternya.

Sementara itu, Vice President ICE-EBM Network Prof Iwan Dwiprahasto mengatakan setiap dokter perlu mengetahui perkembangan terkini di bidang kedokteran. Hingga kini, masih ada dokter menerapkan teori-teori yang benar di masa lalu namun sudah tidak relevan pada masa kini.

"Pengetahuan terus berkembang. Dulu dokter tahunya kalau demam dikompres air dingin, sekarang justru dengan air hangat. Juga soal diagnosis, dulu untuk mendiagnosis typus dokter cukup memakai metode WIDAL tapi sekarang sudah tidak sesuai," ungkap Prof Iwan.

Dengan terbentuknya ICE-EBM Network yang rencananya hari ini akan diresmikan oleh Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih, Prof Iwan berharap pertemuan-pertemuan maupun riset ilmiah di seluruh fakultas kedokteran dan rumah sakit bisa lebih terkoordinir. Dengan demikian, pengetahuan para dokter bisa lebih
(up/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar